view belitungview belitung
Paket
Sewa
Contact Us

Museum Tanjung Pandan Belitung


Museum Tanjungpandan Belitung menyimpan sejarah panjang perdagangan internasional melalui ‘harta karun’ dan artefak-artefak yang tersimpan di dalamnya. Cerita ini menguak beberapa fakta sejarah bangunan kuno yang hingga kini masih berdiri, salah satunya Mercusuar Pulau Lengkuas.

Pulau Belitung merupakan perlintasan antara Laut Cina Selatan dan Laut Jawa. Letak Belitung yang strategis di peta dunia ini membuat jalur perdagangan bagi pedagang-pedagang Malaka dan Jawa. Juga berguna bagi peralihan pedagang dari berbagai negara lainnya.

Keberadaan terumbu karang yang terletak di bagian utara Pulau Belitung menjadi kendala bagi pelayaran nasional mau pun internasional. Kehadiran mercusuar di tengah-tengah Pulau Lengkuas merupakan penanda, agar kapal-kapal yang melewati jalur ini tidak menepi di sekitarnya.

Sebelum berdirinya mercusuar di Pulau Lengkuas pada tahun 1882, tidak sedikit kapal-kapal perdagangan yang mengalami kendala hingga akhirnya karam. Penemuan ‘harta karun’ di sekitar pulau bagian utara Belitung merupakan penguat. Benda-benda temuan berharga ini di antaranya keramik, gerabah, senjata, emas batangan murni hingga fosil hewan.


Belitung Shipwreck

Sekitar tahun 830 masehi, sebuah kapal dhow Arab melakukan pelayaran dari Afrika menuju China. Yang terjadi kemudian, tanpa ada yang mengetahui sebab-musababnya, sudah tiba di China dan ingin kembali, kapal ini karam di sekitar perairan Pulau Belitung, tidak jauh dari Pulau Lengkuas.

Bagaimana pun, karamnya kapal ini paling tidak memberikan dua informasi penting bagi Arkeolog. Pertama, Arsitektur bangun Kapal dhow Arab dan Kedua, artefak dari Dinasti Tang. Referensi ini tentu saja melengkapi dokumen sejarah dagang antara Timur Tengah dan Tiongkok.

Untuk melihat peradaban dan sejarah ini lebih dekat, Anda bisa melihat berbagai koleksi yang tersimpan rapi di Museum Tanjungpandan Belitung.


Kilas Balik Pendirian Museum & Sejarah Bangunan

Awalnya, pendirian Museum Tanjungpandan ini merupakan prakarsa Dr. Chaerul Saleh. Saat itu beliau menjabat sebagai Menteri Perindustian dasar dan Pertambangan RI. Tidak hanya di Belitung, arahan ini juga tertuju pada wilayah penambangan timah lainnya seperti Singkep dan Bangka.

Kemudian, pemerintah menunjuk DR. Rudolf A.J. Osberger sebagai pelaksana, seorang Geologis berkebangsaan Austria (1928 – 1972). Rudolf pada waktu itu menjabat sebagai Kepala Dinas Eksplorasi dan Geologi Perusahaan Tambang Timah di Belitung.

Kelapa Kampit merupakan rencana awal kota tempat berdirinya Museum Geologi ini. Namun atas dasar pertimbangan area yang lebih strategis dan memudahkan akses, maka museum pun pindah ke Tanjungpandan. Pemindahan ini atas instruksi Ir. MEA Apitule, Dirut Penambangan Timah Belitung pada masa itu.

Pada 2 Maret 1962, Museum Tanjungpandan menempati sebuah bangunan eks Kantor NV Billiton Maatschappij. Lokasi gedung ini terletak di Jalan Melati No.41A, Tanjungpandan. Sebelumnya gedung ini pernah terpakai sebagai tempat tinggal Kepala Penambangan Timah Belitung pada jaman Belanda.


Koleksi Museum Tanjungpandan

- Pelataran Museum

Sebelum memasuki Gedung Museum Tanjungpandan, di halaman museum terdapat meriam, locomobil kereta barang (mesin industri jaman dulu) yang diproduksi Ransomes Sims & Jefferies. Perusahaan timah jaman Belanda atau NV. GMB pernah menggunakan kendaraan tersebut sebagai kendaraan angkut produksi. Penguatan ini melalui fakta sejarah, yaitu Prasasti Timah tertanggal 23 Juni 1923.

Di samping prasasti ini terdapat sebuah mangkok setebal 5 cm yang terbuat dari baja berdiameter 97 cm. Mangkok ini merupakan bagian penting dari Kapal Keruk, alat yang berfungsi sebagai pengeruk timah di danau dan di laut.

Dua ekor patung Singa elok atau Cioksay juga ada di halaman museum. Cioksay ini merupakan properti sejarah yang sebelumnya ada di rumah Kapiten Ho A Jun namun kini menjadi milik museum. Rumah Kapiten itu menyisakan Peninggalan lainnya di rumah kapiten tersebut adalah sebuah Toapekong Kapten Cina.

- Koleksi Harta Karun

Hewan Purba

Memasuki ruang depan museum, pengunjung melihat buaya muara berukuran besar dan ikan arapaima yang sudah diawetkan. Buaya jenis ini banyak terlihat di muara-muara sungai pada perairan Belitung. Sementara itu Ikan arapaima terdapat di Sungai Lenggang Gantung.

Koleksi lainnya adalah berekong. Hewan Berekong ini merupakan sebutan Urang Belitung untuk biawak. Jenis ini memiliki badan yang kecil dan ramping, lincah, serta berkulit halus. Berekong adalah pemakan kodok.

Hewan paling purba di museum yang pernah ditemukan di area penambangan timah adalah Tengkorak Dimetrodon dan Gading Gajah. Dimetrodon hidup sekitar 280 – 265 juta tahun, jenis mamalia berkaki empat dengan punggung bersirip. Hewan ini cukup besar dengan panjang 3,8 meter serta memiliki berat kisaran 200 kilogram.


Kapal Keruk

Masih di ruangan yang sama, terdapat miniatur Kapal Keruk. Yaitu KK (kapal Keruk) Dendang yang dibuat pada tahun 1947 oleh Perusahaan Belanda yang bertempat di Amsterdam, Scheepswerf Verschure.

KK Dendang yang mampu mengeruk hingga 30 meter ini berukuran panjang 66 meter, lebar 20 meter, dan tinggi 4,2 meter. Alat ini untuk mengeksploitasi penambangan timah di laut. KK Dendang karam terhempas badai pada tanggal 8 Juli 2007.

Selain penambangan menggunakan Kapal Keruk, terdapat pula maket-maket yang menggambarkan metode penambangan biji timah. Yang paling terkenal adalah Sumur Palembang yang mulai tereksploitasi pada tahun 1711.

Contoh logam dan bebatuan juga dipajang pada lemari terpisah, serta tersimpan apik di balik kaca. Ragam batuan biji logam ini di antaranya pyrite, siderite, kwarsa, kalsit, garnierite, batu kawi, timah, radio larit, nikel, hematite, serta banyak lagi.


Peninggalan Kerajaan Belitung, Jepang dan Belanda

Bersebelahan dengan ruang kapal keruk dan hewan purba, terdapat beberapa koleksi peninggalan Belanda dan Jepang. Samurai Jepang merupakan peninggalan senjata tertua yang ada di museum. Samura ini bertarikh tahun 1514.

Selain samurai, peninggalan Jepang lainnya adalah pedang. Beberapa senjata laras panjang milik kolonial Belanda juga tersimpan di ruangan ini.

Adapun tombak lade, keris, cap kerajaan, dan golok yang ada di lemari ruangan ini merupakan koleksi kerajaan yang pernah ada di Pulau Belitung. Selain senjata, ada pula beberapa peralatan yang digunakan orang Belitung pada jaman dulu seperti pahar, tempat sirih, seterika, gantang, periuk tembaga, dan ceret. Pengunjung juga bisa melihat koleksi uang kuno dalam bentuk logam dan kertas.

Nisan kayu Ki Agus Rahad, Depati Cakraningrat VIII juga terdapat di salah satu pojok ruangan. Beliau adalah Pendiri Kota Tanjungpandan Belitung. KA Rahad meninggal dunia pada tahun 1854, dan makamnya terletak di Aik Labuk, Desa Kemiri, Kecamatan Membalong.

Di ruangan paling kiri museum, terdapat temuan keramik dari Dinasti Tang (618–907), Dinasti Sung (960–1279), Dinasti Ming (1368–1644), dan Dinasti Yuan (1279–1368), tersimpan apik di dalam lemari-lemari museum. Tidak hanya memuat penanggalan, pengunjung bisa melihat sejarah penemuan barang-barang antik ini.


Harta Karun dan Kapal-kapal Tenggelam

Koleksi keramik asal Tiongkok ini berupa mangkok, kendi, serta varian ornament lainnya. Selain penemuan asal Tiongkok, di museum ini juga menyimpan koleksi gerabah Thailand.

Sebagaimana sudah tersampaikan di atas, penemuan kapal tenggelam di sekitar perairan Belitung tidak hanya pada kapal dhow Arab. Pengunjung museum bisa melihat dokumen dan properti sejarah penemuan Kapal Ashigara (Jepang), Don Duarte de Guerra (Portugis), Diana (Inggris), Turiang dan Tek Sing (China), Geldennalsen dan Nassau (Belanda),


Mini Zoo & Taman Bermain Anak-anak

Pada bagian belakang museum terdapat hamparan laman yang cukup luas. Area ini berfungsi sebagai taman bermain anak-anak dan kebun binatang (mini zoo) yang menyimpan sebagian kecil koleksi unggas dan reptil.

Selain ular, biawak, di kebun binatang ini juga terdapat buaya. Adapun selebriti dari kebun binatang ini adalah buaya yang pernah terlibat dalam shooting Film Laskar Pelangi.